ALAM PIKIRAN MANUSIA DAN PERKEMBANGANNYA
Pengertian Alam Pikiran Manusia dan Perkembangannya
Tuhan menciptakan dua makhluk, yang satu bersifat anorganis
(benda mati) dan yang lain bersifat organis (makhluk hidup). Benda yang menjadi
pengisi bumi tunduk pada hukum alam (deterministis) dan makhluk hidup tunduk
pada hukum kehidupan (biologis), tetapi yang jelas ciri-ciri kehidupan manusia
sebagai makhluk yang tertinggi, lebih sempurna dari hewan maupun tumbuhan.
Dari sekian banyak ciri-ciri manusia sebagai makhluk hidup,
akal budi dan kemauan keras itulah yang merupakan sifat unik manusia. Manusia
merupakan makhluk hidup ciptaan tuhan yang paling berhasil dalam persaingan
hidup di bumi ini, meski banyak keterbatasan fisik, seperti: ukuran, kekuatan,
kecepatan, dan panca inderanya, bila dibandingkan dengan penghuni bumi lainnya.
Keberhasilan itu disebabkan oleh manusia memiliki kemampuan otak yang lebih
baik daripada makhluk lainnya, yang memungkinkan lebih mudah untuk beradabtasi
dengan lingkungannya.
Rasa ingin tahu, juga merupakan salah satu ciri khas
manusia. Ia mempunyai kemampuan untuk berpikir sehingga rasa keingintahuannya
tidak tetap sepanjang zaman. Karena apa? Karena manusia akan selalu bertanya
apa, bagaimana dan mengapa begitu. Manusia juga mampu menggunakan
pengetahuannya yang terdahulu untuk dikombinasikan dengan pengetahuan yang baru
sehingga menjadi pengetahuan yang lebih baru.
Dalam makalah ini, kelompok 1 akan membahas tentang “Alam
Pikiran Manusia dan Perkembangannya”. Bagaimana hakikat manusia dan
keingintahuannya, perkembangan fisik, sifat dan pikiran manusia, serta
bagaimana sejarah pengetahuan manusia.
A. Hakikat Manusia dan Keingintahuannya
Manusia dengan kemampuan berpikir dan bernalar, dengan akal
serta nuraninya memungkinkan untuk selalu berbuat yang lebih baik dan bijaksana
untuk dirinya maupun lingkungannya.
1. Kelebihan Manusia dari Penghuni Bumi Lainnya
Manusia sebagai makhluk yang memiliki kelebihan dibandingkan
dengan penghuni bumi lainnya. Beberapa kelebihan manusia dari pada makhluk
lainnya antara lain :
a) Manusia sebagai makhluk berpikir dan
bijaksana (Homo sapiens) yang dicerminkan dalam tindakan dan perilakunya
terhadap lingkungannya.
b) Manusia sebagai pembuat alat karena
sadar akan keterbatasan inderanya.
c) Manusia dapat berbicara (Homo
Langues) baik secara lisan maupun tulisan.
d) Manusia dapat hidup bermasyarakat
(Homo sosius) dan berbudaya (Homo Humanis).
e) Manusia dapat mengadakan usaha (Homo
Economicus).
f) Manusia mempunyai kepercayaan dan
beragama (Homo religious).
2. Rasa Ingin Tahu dan Terbentuknya Ilmu Pengetahuan
Alam
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) bermula dari rasa ingin tahu,
yang merupakan suatu ciri khas manusia. Manusia mempunyai rasa ingin tahu
tentang benda-benda di sekelilingnya, alam sekitarnya, angkasa luar, bahkan
tentang dirinya sendiri.
Rasa ingin tahu seperti itu tidak dimiliki oleh makhluk
lain. Jelas kiranya bahwa rasa ingin tahu itu tidak dimiliki oleh benda-benda
tak hidup seperti batu, tanah, api, angin, dan sebagainya. Air dan udara memang
bergerak dari satu tempat ke tempat lain, namun gerakannya itu bukan atas
kehendaknya tetapi sekedar akibat dari pengaruh alamiah yang bersifat kekal.
Bagaimana dengan makhluk-makhluk hidup seperti
tumbuh-tumbuhan dan binatang? Sebatang pohon misalnya, menunjukkan tanda-tanda
pertumbuhan atau gerakan, namun gerakan itu terbatas pada mempertahankan
kelestarian hidupnya yang bersifat tetap. Misalnya, daun-daun yang selalu
cenderung untuk mencari sinar matahari atau akar-akar yang selalu cenderung
untuk mencari air yang kaya mineral untuk kebutuhan hidupnya. Kecenderungan
semacam ini nampak berlangsung sepanjang zaman.
Bagaimana dengan binatang yang menunjukkan adanya kehendak
berpindah (eksplorasi) dari satu tempat ke tempat yang lain? Misalnya ikan,
burung, harimau atau binatang yang sangat dekat dengan manusia yaitu monyet?
Tentunya burung-burung bergerak dari satu tempat didorong oleh suatu keinginan,
antara lain rasa ingin tahu. Ingin tahu apakah di sana ada cukup makanan untuk
disantap sendiri atau bersama yang lain. Ingin tahu apakah disuatu tempat cukup
aman untuk membuat sarang. Setelah mengadakan eksplorasi tentu mereka menjadi
tahu. Itulah “pengetahuan” dari burung tadi. Burung juga memiliki “pengetahuan”
bagaimana caranya membuat sarang di atas pohon. Burung manyar atau burung
tempua begitu pandai menganyam sarangnya yang begitu indah bergelantungan pada
daun kelapa, namun pengetahuannya itu ternyata tidak berubah-ubah dari zaman ke
zaman.
Bagaimana dengan monyet yang begitu pandai? Bila kita
perhatikan baik-baik kehidupan monyet-monyet tersebut, ternyata kehendak mereka
ingin mengeksplorasi alam sekitar itu didorong oleh rasa ingin tahu yang tetap
sepanjang zaman atau yang oleh Isaac Asimov (1972) disebut sebagai “Idle
Curiousity” atau “Instinct” Instink itu berpusat pada satu hal saja yaitu untuk
mempertahankan kelestarian hidupnya. Untuk itu mereka perlu makan, melindungi
diri dan berkembang biak.
Bagaimana dengan manusia? Manusia juga memiliki instink
seperti yang dimiliki oleh hewan dan tumbuh-tumbuhan. Namun, manusia memiliki
kelebihan, yaitu “kemampuan berpikir” dengan kata lain “curiousity-nya” tidak
“idle” tidak tetap seperti itu sepanjang zaman. Manusia memiliki rasa ingin
tahu yang berkembang atau dengan kata lain, manusia mempunyai kemampuan
berpikir. Ia bertanya terus setelah tahu tentang “apa”-nya, mereka juga ingin
tahu “bagaimana” dan “mengapa” begitu. Manusia mampu menggunakan pengetahuannya
yang terdahulu untuk dikombinasikan dengan pengetahuannya yang baru, menjadi
pengetahuannya yang lebih baru. Hal demikian itu berlangsung berabad-abad
lamanya, sehingga terjadi suatu akumulasi pengetahuan. Sebagai ilustrasi, kita
bayangkan saja manusia purba zaman dulu yang hidup di gua-gua atau di atas
pohon. Namun karena kemampuannya berpikir tidak semata-mata didorong oleh
sekedar kelestarian hidupnya tetapi juga untuk membuat hidupnya lebih
menyenangkan, maka mereka mampu membuat rumah di atas tiang-tiang kayu yang
kokoh dan bahkan sekarang manusia mampu membuat istana atau gedung-gedung
pencakar langit. Bandingkan dengan burung tempua dengan sarangnya yang indah
yang nampak tak mengalami perubahan sepanjang masa. Demikianlah juga dengan
harimau yang hidup dalam gua-gua atau monyet yang membuat sarang di atas pohon
tidak mengalami perubahan sepanjang zaman.
Rasa ingin tahu yang terus berkembang dan seolah-olah tanpa
batas itu menimbulkan perbendaharaan pengetahuan pada manusia itu sendiri. Hal
ini tidak saja meliputi kebutuhan-kebutuhan praktis untuk hidupnya sehari-hari
seperti bercocok tanam atau membuat panah atau lembing yang lebih efektif untuk
berburu, tetapi pengetahuan manusia juga berkembang sampai kepada hal-hal yang
menyangkut keindahan.
Dengan selalu berlangsungnya perkembangan pengetahuan itu,
tampak lebih nyata bahwa manusia berbeda dengan hewan. Manusia merupakan
makhluk hidup yang berakal serta mempunyai derajat yang tinggi bila
dibandingkan dengan hewan atau makhluk lainnya. Manusia mempunyai rasa ingin
tahu ( curiousty ) yang tinggi dan selalu berkembang. Meskipun makhluk lainnya
juga memiliki rasa ingin tahu tetapi itu hanya sebatas digunakan untuk memenuhi
kebutuhan makanan saja. Perkembangan rasa ingin tahu pada manusia dimulai
dengan timbulnnya pertanyaan dari sesuatu yang dilihat dan diamatinya. Adanya
kemampuan berpikir pada manusia menyebabkan terus berkembangnya rasa ingin tahu
manusia terhadap alam semesta ini . Jawaban tehadap berbagai banyak pertanyaan manusia terhadap
peristiwa dan gejala yang terjadi di alam semesta ini akhirnya menjadi ilmu
pengetahuan.
3. Sifat Keingintahuan Manusia
Manusia dengan rasa ingin tahunya yang besar ,selalu
berusaha mencari keterangan tentang fenomena alam yang teramati. Untuk menjawab
semua rasa ingin tahu manusia sering mereka – reka jawaban mereka sendiri .
Pengetahuan seperti inilah yang disebut pseudo science. Ilmu pengetahuan juga
berkembang sesuai dengan zamannya dan sejalan dengan cara berpikir dan alat
bantu yang ada pada saat itu .
Cara memperoleh sains semu ( pseudo sains ), antara lain :
1. Mitos
2. Wahyu
3. Otoritas dan tradisi
4. Prasangka
5. Intuisi
6. Penemuan kebetulan
7. Cara – coba – ralat
Pada zaman Yunani ( 600 – 200 SM ) terjadi pola pikir yang lebih maju dari pola pikir mitos,
dimana terjadi penggabungan antara pengamatan, pengalaman dan akal sehat,
logika atau rasional. Aliran ini disebut rasionalisme. Lebih lanjut lagi
dikenal dengan metode deduksi yaitu penarikan suatu kesimpulan didasarkan pada
suatu yang bersifat umum (Premis mayor) menuju ke yang khusus (Premis minor).
Dasar metode ilmiah sekarang adalah metode induksi, yang intinya adalah bahwa
pengambilan keputusan dan kesimpulan dilakukan berdasarkan data pengamatan atau
eksperimen.
B.
Perkembangan Fisik, Sifat dan
Pikiran Manusia
1. Perkembangan Fisik Manusia
Tubuh
manusia berubah mulai sejak berupa sel sederhana yang selanjutnya secara
bertahap menjadi manusia yang sempurna. Sel sederhana berasal dari sel kromosom
sperma yang identik dengan kromosom sel telur, pada prosesnya akan terjadi
kromosom yang tidak homolog yang akan menjadi laki-laki.
Lima
minggu setelah terjadi konsepsi, bakal jantung mulai berdenyut yang selanjutnya akan
membagi menjadi serambi kiri dan kanan pada minggu ke-9. Sedangkan minggu
ke-13, janin sudah mulai berbentuk yang ditandai dengan berfungsinya bagian
organ, yang
selanjutnya pada usia 18 minggu mulai terasa gerakan dari janin.
Pada usia
32 minggu, janin mulai mempersiapkan diri untuk dilahirkan dengan kepala
dibawah makin mendekati lubang kelahiran. Pada saat ini gerakn semakin
berkurang. Perkembangan tercepat terjadi pada saat setelah kelahiran sampai
remaja.
Perubahan
fisik yang sangat nyata, terjadi pada saat purbertas, yang ditandai diantaranya
dengan tanda kedewasaan berupa tumbuhnya rambut pada daerah-daerah tertentu dan
fungsi organ-organ reproduksi (organ
genitalia).
Perkembangan
pengetahuan pada manusia sangat dipengaruhi oleh perkembangan pengetahuan
semasa anak-anak, berupa bimbingan yang baik oleh orang tua dan lingkungan yang
terus akan terbawa sampai dewasa.
Sampai
usia 2 tahun, perkembangan kecerdasan sangat cepat, dari belajar, makan,
berbicara dan berjalan. Pada usia 2-7 tahun rasa ingin tahu akan makin besar.
Masa remaja merupakan masa pertentangan dengan dirinya manupun dengan orang
dewasa, karena selalu berusaha untuk memposisikan diri sebagai orang dewasa
walaupun secara emosional belum memedai. Selanjutnya setelah usia 30 tahun,
mulai dapat mengendalikan diri dan mampu menempatkan diri sebagai individu yang
bertanggung jawab.
2. Perkembangan Sikap dan Pikiran
Manusia
Bila dibandingkan dengan hewan, maka tubuh manusia lemah,
sedangkan rohaninya, yaitu akal budi dan kemauannya sangat kuat. Manusia tidak
dapat terbang seperti burung, tidak dapat berenang secepat buaya, tidak mampu
mengangkat benda berat seperti gajah, dan sebagainya, tetapi dengan akal
budinya dan kemauannya, manusia dapat menjadi makhluk yang lebih dari makhluk
lain. Kelebihan manusia itu karena memiliki akal budi dan kemauan yang keras
sehingga dapat mengendalikan jasmaninya.
Manusia sebagai makhluk berpikir dibekali hasrat ingin tahu
tentang benda dan peristiwa yang terjadi di sekitarnya termasuk juga ingin tahu
tentang dirinya sendiri. Rasa ingin tahu inilah mendorong manusia untuk
memahami dan menjelaskan gejala-gejala alam, baik alam besar (makrokosmos)
mapun alam kecil (mikrokosmos), serta berusaha memecahkan masalah yang
dihadapi. Dorongan rasa ingin tahu dan usaha untuk memahami dan memecahkan masalah
yang dihadapi, menyebabkan manusia dapat mengumpulkan pengetahuan.
Rasa ingin tahu yang terdapat pada manusia ini menyebabkan
pengetahuan mereka menjadi berkembang. Setiap hari mereka berhubungan dan
mengamati benda-benda dan peristiwa-peristiwa yang terjadi dialam sekitarnya.
Pengamatan-pengamatan yang ditangkap melalui panca indera-nya merupakan objek
rasa ingin tahunya. Manusia tidak akan merasa puas jika belum memperoleh
jawaban mengenai hal-hal yang diamatinya. Mereka berusaha mencari jawabannya dan
untuk itu mereka harus berpikir. Rasa ingin tahunya terus berlanjut. Bukan
hanya “apa”-nya saja yang ingin diketahui jawabannya, tetapi juga jawaban dari
“bagaimana” dan kemudian berlanjut “mengapa” tentang hal-hal yang bersangkutan
dengan benda-benda dan peristiwa-peristiwa yang diamatinya.
C. Sejarah Pengetahuan
Manusia
Manusia selalu merasa ingin tahu, maka sesuatu yang
belum terjawab dikatakan wallahualam, artinya Allah yang lebih mengetahui dan
wallahualam bissawab yang artinya Allah mengetahui sebenarnya. Perkembangan
lebih lanjut lanjut dari rasa ingin tahu manusia ialah untuk memenuhi kebutuhan
nonfisik atau kebutuhan alam pikirannya, untuk itu manusia mereka-reka sendiri
jawabannya. A. Comte menyatakan bahwa ada tiga tahap sejarah perkembangan manusia,
yaitu tahap teologi (tahap metafisika), tahap filsafat dan tahap positif (tahap
ilmu). Mitos termasuk tahap teologi atau tahap
metefisika. Mitologi adalah pengetahuan tentang mitos yang merupakan
kumpulan cerita-cerita mitos. Cerita mitos sendiri ditularkan lewat
tari-tarian, nyanyian, wayang dan lain-lain.
Secara garis besar, mitos dibedakan atas tiga macam,
yaitu mitos sebenarnya, cerita rakyat dan legenda. Mitos timbul akibat
keterbatasan pengetahuan, penalaran dan pancaindra manusia serta keinggintahuan
manusia yang telah dipenuhi walaupun hanya sementara.
Puncak hasil pemikiran mitos terjadi pada zaman
Babylonia (700-600 SM) yaitu horoskop (ramalan bintang), eliptika (bidang edar
matahari) dan bentuk alam semesta yang menyerupai ruangan setengah bola dengan
bumi datar sebagai lantainya sedangkan langit-langit dan bintangnya merupakan
atap.
Tongkak sejarah pengamatan, pengalaman dan akal
sehat manusia ialah Thales (624-546) seorang astronom, pakar dibidang
matematika dan teknik. Ia berpendapat bahwa bintang mengeluarkan cahaya, bulan
hanya mementulkan sinar matahari,dan lain-lain. Setelah itu muncul tokoh-tokoh
perubahan lainnya seperti Anaximander, Anaximenes, Herakleitos, Pythagoras dan
sebagainya.
Berlandaskan pada pengetahuan tentang beberapa
rahasia alam yang diperolehnya, manusia kemudian berusaha untuk menguasai dan
memanfaatkan pengetahuannya untuk memperbaiki kualitas dan pemenuhan kebutuhan
hidupnya. Berdasarkan hal itulah mulailah dikembangkan pengetahuan praktis yang
dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kehidupan sosialnya. Pengetahuan ini
selanjutnya disebut sebagai teknologi yang merupakan penerapan IPA dalam
kehidupan sehari-hari. Perkembangan teknologi, produksi dan industri secara
tidak langsung akan diikuti dengan perubahan pola hidup manusia. Perubahan ini
juga semakin mendorong rasa ingin tahu manusia ke arah yang lebih kompleks.
Dengan demikian manusia akan terus berusaha mengetahui segala rahasia alam
semesta yang belum terungkap.
A.
KESIMPULAN
Ilmu pengetahuan bermula dari rasa ingin tahu. Hewan juga
mempunyai “rasa ingin tahu” akan tetapi tidak berkembang atau disebut “idle
curiousity” atau “instinct.” Segala aktivitasnya didorong oleh instink itu
dengan tujuan untuk melestarikan hidupnya. Untuk itulah mereka mencari makan,
melindungi diri dan berkembang biak.
Manusia mempunyai rasa ingin tahu yang berkembang. Akumulasi
dari segala yang mereka dapat dari usahanya mendapatkan jawaban dari
keingintahuannya itu merupakan “pengetahuan”-nya. Pengetahuan manusia selalu
berkembang. Ia selalu tidak puas dengan fakta tetapi ingin tahu juga tentang
“apa,” “bagaimana” dan “mengapa” demikian.
Berlandaskan pada pengetahuan tentang beberapa rahasia alam
yang diperolehnya, manusia kemudian berusaha untuk menguasai dan memanfaatkan
pengetahuannya untuk memperbaiki kualitas dan pemenuhan kebutuhan hidupnya.
B.
SARAN
Manusia secara alamiah, dari zaman purba sampai zaman
dewasa sekarang memiliki rasa ingin
tahu. Rasa ingin tahu tersebut menyebabkan manusia menyelidiki
persoalan-persolan yang akan menghasilkan jawaban. Demikianlah pikiran manusia
berkembang dari pikiran primitif sampai kepikiran yang modern.
Dengan adanya ilmu pengetahuan dan rasa ingin tahu pada
diri manusia, maka diharapkan setiap individu mengembangkan rasa ingin tahu
tersebut menjadi penelitian-penelitian yang akan menghasilkan penemuan-penemuan
yang berguna bagi ilmu pengetahuan.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi,
A., dan Supanto, A. 2008. Ilmu Alamiah Dasar. Jakarta : PT. Rineka Cipta
Diakses tanggal 11 September 2012
diakses tanggal 11 September 2012
http://ronalastikasari.blogspot.co.id/2013/05/alam-pikiran-manusia-dan-perkembangannya.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar